Sabtu, 29 Agustus 2009

Sihir Dalam Pandangan Al-Qur'an Dan As-Sunnah 4/6

Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali
Bagian Empat dari Enam Tulisan [4/6]


Kedua: Dalil-dalil dari as-Sunnah

[1]. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah disihir oleh seseorang dari bani Zuraiq yang bernama Labid bin al-Asham, sampai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salllam dibuat membayangkan seolah-olah beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak berbuat apa-apa. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada disisiku, akan tetapi beliau terus berdo’a dan berdo’a, kemudian beliau bersabda, Wahai ‘Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah telah memberikan jawaban kepadaku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya tentangya(sihir, -ed)? Ada dua orang yang mendatangiku, satu diantaranya duduk didekat kepalaku dan yang satunya lagi berada didekat kakiku. Lalu salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya,”Sakit apa orang ini?” ‘Disihir,’ sahut temannya. ‘Siapa yang telah menyihirnya?’ Tanya temannya lagi. Temannya menjawab, ‘Labid bin al-Asham.’ Dalam bentuk apa sihir itu?’ Dia menjawab, ‘Pada sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan kulit mayang kurma jantan.’ Lalu, dimana semuanya itu berada?’ Tanya temannya. Dia menjawab, ‘ disumur Dzarwan.” Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau. Lalu, beliau datang dan berkata, “Wahai ‘Aisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar, dan seakan-akan kulit mayang kurmanya seperti kepala syaitan,” Lalu kutanyakan, “wWahai Rasulullah, tidakkah engkau meminta dikeluarkan?” beliau menjawab, “Allah telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu.”Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya, maka semuanya pun ditimbun dengan segera. [1]

Makna Hadits.

Orang-orang yahudi, semoga Allah melaknat mereka, telah bersepakat dengan Labid bin al-A’sham, tukang sihir Yahudi terhebat, untuk menyihir Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan imbalan tiga dinar. Secara spontan, Labid, si manusia sengsara itu, segera melancarkan sihir pada beberapa helai rambut Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada yang mengatakan bahwa Labid mendapatkan beberapa helai rambut itu dari seorang anak kecil yang pernah pergi kerumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada beberapa helai rambut itu, Labid melancarkan sihirnya dan kemudian meletakannya disumur Dzarwan.

Secara lahiriah, melalui penggabungan beberapa hadits, bahwa sihir ini termasuk jenis sihir yang dimaksudkan untuk memisahkan suami dari isterinya. Dalam bayangan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau dapat mencampuri salah seorang istrinya, tetapi setelah mendekatinya, beliau tidak dapat melakukannya. Tetapi sihir yang dilancarkannya itu tidak berhasil mengenai akal, tingkah laku dan tindakan beliau, dan sihir itu tidak berhasil memberikan pengaruh kecuali seperti yang disebutkan diatas.

Para ulama telah berbeda pendapat mengenai masa sihir itu berlangsung. Ada yang mengatakan, empat puluh hari, dan ada juga yang mengatakan lain, wallahu a’lam. Kemudian, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memanjatkan do’a kepada Rabbnya dan bersungguh-sunggguh dalam memanjatkannya, sehingga Allah mengabulkan do’anya dan menurunkan dua malaikat, yang salah satunya duduk didekat kepada beliau dan satu lagi didekat kakinya. Salah seorang dari keduanya bertanya, ‘Sakit apa dia?’ ‘disihir,’ sahut temannya. ‘Siapa yang telah menyihirnya?’ Tanya temannya lagi. Dia menjawab, ‘Labid bin al-A’sham, si Yahudi. Selanjutnya, salah satu Malaikat itu menjelaskan bahwa sihirnya ada pada sisir dan rontokan rambut Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang diletakan di kulit mayang kurma jantan, yang demikian itu adalah berpengaruh lebih kuat dan dahsyat, lalu ditimbun dibawah bongkahan batu di sumur Dzarwan.

Setelah kedua Malaikat itu selesai mendeteksi keadaan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam memerintah untuk mengeluarkan sihir itu dan menimbunnya, dan dalam beberapa riwayat beliau membakarnya. Dari penggabungan jalan periwayatan hadits, tampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah melancarkan satu macam sihir yang paling dahsyat kepada Nabi Shalallahu 'alaihi was allam, tujuan mereka adalah membunuh beliau. Diantara sihir itu memang ada yang mengakibatkan kematian, sebagaimana yang sudah diketahui, tetapi Allah Ta’ala melindungi beliau dari tipu daya mereka., sehingga sihir itu diringankan menjadi sihir yang paling ringan, yaitu sihir ar-rabth (ikatan).

Keraguan Dan Jawabanya:

Al-Mazari Rahimallahu mengatakan: “ Hadits tersebut telah ditolak oleh para pelaku bid’ah, dengan alasan karena hal itu telah menjatuhkan posisi kenabian dan menimbulkan keraguan terhadapnya. Masih menurut para pelaku bid’ah, membenarkan hadits tersebut secara otomatis menghilangkan kepercayuaan terhadap syari’at. Mereka berkata, ‘ Bisa jadi pada saat itu muncul bayangan bahwa Jibril Alaihissalam mendatangi beliau, padahal Jibril tidak datang, dan seakan-akan jibril menyampaikan wahyu kepada beliau padahal tidak demikian”.

Lebih lanjut, al-Mazari mengemukakan: “ Apa yang mereka katakan itu sudah pasti tidak benar sama seakali, karena dalil risalah, yaitu mukjizat, menunjukan kebenaran apa yang beliau sampaikan dari Allah Ta’ala dan Kema’suman beliau dalam hal itu, dan membolehkan apa yang menjadi kebalikannya merupakan suatu hal yang bathil”. [2]

Abul Jakni al- Yusufi Rahimallahu mengatakan: “ Terjadinya penyakit pada diri Nabi SAW yang disebabkan oleh sihir tidak akan berpengaruh pada martabat kenabian, karena penyakit yang tidak mengurangi martabat kenabian di dunia akan terjadi pada para Nabi Aalaihimushshaalatu Wassalam, dan meninggikan derajat mereka di akhirat. Pada saat itu, jika karena penyakit yang disebabkan oleh sihir itu terbayang oleh beliau Shallallaghu 'alaihi wa sallam bahwa beliau melakukan suatu urusan dunia padahal beliau tidak melakukannya, lalu setelah itu semua penyakit itu sembuh total karena Allah telah memberitahukan letak sihir itu dan cara mengeluarkannya dari tempatnya, serta menimbunnya, maka tidak ada aib dan kekurangan yang akan menodai risalah sama sekali, karena penyakit itu tidak berbeda dengan penyakit yang lainnya.

Sihir itu tidak berhasil mengacaukan akalnya, tetapi hanya berhasil mengenai fisik beliau saja, seperti pandangannya, dimana terkadang terbayangkan oleh beliau, bahwa beliau mencampuri istrinya, padahal beliau tidak melakukannya. Hal ini terjadi pada saat sakit, dan hal ini tidak berbahaya.

Selanjutnya, Abul Jakni al- Yusufi mengungkapkan:” Memang sangat aneh orang yang menganggap penyakit yang menimpa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disebabkan sihir ini bisa menodai risalah beliau, padahal secara jelas didalam Al-Quran telah disebutkan kisah Musa bersama para tukang sihir Fir’au, dimana sihir telah membuat pandangan mereka melihat seakan-akan tongkat mereka sebagai ular, sehingga Allah tetap meneguhkan pendirian Musa, sebagai mana yang ditunjukan oleh firman-Nya:

”Artinya : Kami berkata, ‘ Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan tipu daya tukang sihir( belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. ‘ Lalu tukang sihir-sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata, ‘ Kami telah percaya kepada Rabb Harun dan Musa.” [Thaahaa: 68-70].

Dalam hal ini, tidak seorang pun dari ulama dan juga orang-orang cerdas yang mengatakan bahwa apa yang diperlihatkan pada Musa 'Alaihis salam berupa ular-ular, yang sebenarnya hanyalah tongkat para tukang sihir, adalah menodai risalahnya, bahkan terjadinya hal tersebut pada diri para nabi as menambah kekuatan iman mereka, karena dengan demikian Allah telah menolong mereka atas musuh-musuhnya, serta mengalahkan berbagai hal luar biasa dengan mukjizat yang sangat hebat, menghinakan para tukang sihir dan orang-orang kafir dan menjadikan akibat yang baik hanya bagi-orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Quran yang benar-benar menjelaskan.” [3]

[2]. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:

“ Artinya : Jauhilah oleh kalian tujuh dosa besar yang membinasakan.” Para Sahabat bertanya, “ Wahai Rasulullah, apakah ketujuh dosa besar itu?” Beliau menjawab:” Syirik kepada Allah, sihir, dan membunuh jiwa yang diharamkan allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada saat terjadi peperangan dan menuduh berzina wanita-wanita mukminah yang telah bersuami dan menjaga diri, yang tengah lengah.” [4]

Kandungan Hadits:

Kandungan dari hadits ini adalah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kita untuk menjauhi sihir, seraya menjelaskan bahwa sihir termasuk perbuatan dosa besar yang dapat membinasakan. Dan hal itu menunjukan bahwa sihir itu suatu hal yang benar-benar ada dan bukan khurafat (ceritta bohong).


[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
_________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (X/222-Fat-h) dan Muslim dalam kitab as- Salaam bab as-Sihr (XIV/174-Nawawi)
[2]. Zaadul Muslim (IV / 221).
[3]. Zaadul Muslim (IV / 22).
[4]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (V/393-Fat-h) dan Muslim (II/83-Nawawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar